178 - Rekonstruksi pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan kopi beracun digelar di tempat kerjadian perkara (TKP), Kafe Olivier, Grand Indonesia, kemarin.
Meskipun dihadapkan pada saksi dan barang bukti di TKP, Jessica Kumala kukuh menolak memainkan peran dirinya dalam rentetan kejadian yang disusun penyidik Polda Metro Jaya.
Alumni sekolah desain terkemuka di Sydney itu hanya mau merekonstruksi kejadian dengan versi yang dia yakini sendiri. Akibatnya, selama rekonstruksi yang dimulai pukul 08.30 pagi hingga pukul 19.45 tadi malam, dijalankan dua skenario. Skenario Jessica dan skenario polisi yang berdasarakan berita acara pemeriksaan (BAP).
Mengingatkan pentingnya tahap rekonstruksi dalam pemeriksaan, kemarin, polisi menghadirkan seluruh pihak yang terlibat di TKP saat peritiwa pembunuhan itu terjadi 6 Januari lalu. Momen tersebut membuat salah satu saksi Hani bertemu kembali dengan Jessica.
Menurut keterangan salah satu penyidik yang menolak identitasnya ditulis, pertemuan keduanya mengharukan. Hani sempat meneteskan air mata. Jessica sendiri sebaliknya. Dia tampak santai dan sesekali tersenyum.
Hani datang terlebih dahulu. Mengenakan kaus biru, sling bag hitam, dan jam tangan putih beraksen emas, perempuan berambut panjang itu duduk di dalam kafe Olivier.
Sementara Jessica tampil santai tanpa make-up dengan rambut diikat dan mengenakan baju tahanan yang menutup kaus lusuh di baliknya. Untuk bawahan, Jessica memakai legging ¾ coklat serta bersandal jepit.Selama rekonstruksi, Jessica didampingi tiga pengacaranya, yakni Hidayat Bustam, Yayat Supriatna, dan Yudi Wibowo.
Dari proses rekonstruksi, Jessica masuk terlebih dahulu dan memilih tempat yang berada di outdoor. Jessica membawa tiga goodie bag, setelah dia membeli sabun. Ketiga goodie bag itu diletakkan di atas meja.
Selanjutnya Jessica memesan kopi dan membayarnya. Ketiga goodie bag itu masih berada di meja, ketika kopi itu diletakkan.Pada adegan ke-35, Hani kemudian memeluk Jessica. Baru kemudian Mirna menyusulnya. Ketika adegan memeluk itu lah, Hani terlihat menangis.
Rekontruksi sendiri berlangsung tertutup. Wartawan diminta untuk berada bagian luar dari Grand Indonesia. Sementara pengamanan di sekitar mal mewah di ibu kota itu cukup ketat. Bahkan pintu lobi ditutup sehari penuh.
Begini Kronologi sebenarnya dari Ayah mirna :
Saat kejadian, ia mengaku ditelepon oleh istrinya yang meminta cepat datang. “Saya menuju ke TKP di RS Abdi Waluyo, kaget lihat Mirna sudah kaku, kenapa nie anak kok bisa meninggal. Habis minum kopi? Selama ini dia super sehat tidak pernah ada penyakit,” ungkapnya.
Dia pun langsung memberi napas buatan.
“Saya kasih napas buatan, mendingan papa yang mati kamu hidup. Saat itu dengan tenangnya Jessica datang nyamperin ke mayat Mirna. ‘Om, Mirna meninggal ya, cantik ya Mirna ya’. Lho ini anak siapa, belum pernah saya lihat sebelumnya,” paparnya.
Darmawan bertanya pada Jessica, anaknya Minum meninggal minum apa?
Jessica pun menjawab Kopi Vietnam.
Saat itu, Darmawan sudah mulai tahu anaknya meninggal karena diracun.
“Kenapa saya tahu karena mulutnya hitam. Saya bilang sama Dokter coba diambil lambungnya, saya bilang sama mantu saya kamu balik ke toko kopi beli lagi kopi Vietnam sama dengan kopi yang diminum Mirna. Setelah 15 menit dia kembali membawa kopi Vietnam, saya minum tidak apa-apa,” jelas Darmawan.
Setelah itu, Darmawan menghampiri Jessica yang terlihat panik dan seperti mengambil nafas seolah-olah sesak.
Saat itu Darmawan takut, Jessica juga kena racun.
Ia juga menanyakan pada Hani, “kamu ikut ya (minum)?”.
Hani menjawab Ikut.
“Ini anak saya minum racun mati. Kamu minum apa? Jessica menjawab minum air mineral, dan saksinya ada 10 (yang mendengar). Itu dia berbohong pertama kali pada saya” kata Darmawan.
Darmawan juga bertanya pada Hani minum apa?
Hani mengatakan tidak keburu minum karena dua-duanya diminum Jessica.
Saat itu juga Darmawan merasa kaget, setelah Jessica mengatakan asma, tapi ia bisa berdiri dan lompat.
Saat itu Jessica berjalan dan kesandung tapi bisa lompat.
“Jessica kamu sakit? Ada rasa apa?,” tanya Darmawan.
Namun Jessica tampak tenang dan berkeliling saat teman-teman Mirna yang lainnya menangis di dekat jenazahnya.
“Saya merasa aneh, hanya tidak ada prasangka saat itu. Setelah itu selesai, saya ngurus mayat, ngubur. Setelah penguburan, saya mulai bergerak secara diam-diam, saya tadinya putus asa waktu lapor ke polsek Tanah Abang. Namun, begitu profesionalnya Pak Krishna murti datang dan nyamperin. ‘Pak, kalau anak meninggal tidak diautopsi maka selesai. Bapak merasa ada yang aneh ndak dengan kematian anak bapak?’ Saya bilang ada. Setelah rembug kelaurga, ya udah diautopsi dan diambil sampel. Dibuka petinya, saya bisikin, Mir ini untuk kepentingan kamu diautopsi, relain aja supaya terungkap,” kenangnya.
Pada pemeriksaan pertama Darmawan datang ke Polda membuat laporan, mati tidak wajar. Menurutnya, persoalan kematian putrinya simple namun dibikin ruwet oleh pakar-pakar.
“Setelah saya lihat seperti itu, tanpa mengurangi rasa hormat ke pak Reza, kalau Mirna jadi target orang yang professional itu benar. Mirna bukan Ratu Inggris, nothing somebody aja. Diracun pasti sesuai surat keputusan yang dikeluarkan,” paparnya.
sumber : buzzproducts-travel.com