178 - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hujan adalah titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan. Definisi hujan yang lainnya adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan yang berasal dari atmosfer yang berwujud cair maupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan.
Ternyata, tentang hujan, Al-Qur’an telah menyinggungnya sejak 14 abad yang lalu, ketika proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama.
Sejak 14 Abad yang Lalu Al-Qur’an Mengungkap Proses Hujan
Al-Qur’an mengungkap, pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap; bahan baku hujan naik ke udara melalui angin, lalu awan itu terbentuk dan digerakkan angin, hingga akhirnya curahan hujan terlihat.
Sejak 14 Abad yang Lalu Al-Qur’an Mengungkap Proses Hujan
Al-Qur’an mengungkap, pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap; bahan baku hujan naik ke udara melalui angin, lalu awan itu terbentuk dan digerakkan angin, hingga akhirnya curahan hujan terlihat.
“Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum: 48).
Penjelasan lebih rincinya, dipaparkan sebagai berikut:
Tahap pertama, "Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.
Tahap kedua, “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
“…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
Tahap ketiga, “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya…”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Turunnya Hujan Sesuai Kadar
Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur’an mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun.
Air sebanyak 505,000 cubic kilometres (121,000 cu mi) jatuh sebagai hujan setiap tahunnya di seluruh dunia. Air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu. Mengenai kadar hujan, telah disampaikan dalam firman Allah Ta’ala:
"Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu."(QS. Al-Hijr: 21).
Dalam ayat yang lainnya disebutkan,
“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az Zukhruf: 11).
Perhatikan penjelasan Al-Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas.
Yazin bin Abu Ziyad meriwayatkan dari Abu Juhaifah, dari ‘Abdullah, bahwa tidak ada tahun yang lebih banyak hujannya daripada tahun yang lain, tetapi Allah membaginya sesuai dengan kehendak-Nya, satu tahun hujan turun di sini dan satu tahun di sana. Kemudian membaca ayat: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; “dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”Diriwiyatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al Hasan, telah menceritakan kepada kami Hutsaim, telah mengabarkan kepada kami Ismail ibnu Salim, dari Al-Hakam ibnu Uyainah sehubungan dengan makna firman Allah Ta’ala, “Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (QS. Al-Hijr: 21), bahwa tiada satu tahun pun yang lebih banyak hujannya daripada tahun yang lain, tidak pula kurang; tetapi sautu kaum diberi hujan, sedangkan kaum yang lain tidak diberi, berikut semua hewan yang ada di laut. Wallahu a’lam. [AW/dbs]
Sumber : Panjimas.com