178 - Anda suka bakso? Sama dong...! Tapi hati-hati ketika membeli bakso untuk dibawa pulang. Sebaiknya anda membawa wadah mangkuk sendiri dari rumah. Karena kalau tidak, bakso pesanan anda akan dibungkus dengan kantung plastik dan ditaruh dalam tas kresek plastik. Padahal bakso itu pastinya dalam kondisi panas.
Bukan hanya bakso, hampir semua makanan yang anda beli dari warung makan untuk dibawa pulang, dibungkus dengan bahan plastik atau styrofoam. Misalnya mie ayam, bubur ayam, sop ayam, soto, gulai, atau makanan gorengan, biasanya akan dibungkus menggunakan kantung plastik atau styrofoam.
Kedua pengemas atau pembungkus makanan ini berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama ketika digunakan untuk membungkus makanan panas.
Styrofoam merupakan salah satu jenis plastik. Styrofoam terbuat dari polystyrene yang dicampur bahan khusus (blowing agent). Polystyrene sendiri merupakan jenis plastik yang dihasilkan dari proses polimerisasi styrene monomer.
Bahan kemasan plastik tersusun dari polimer, yang berasal dari bahan mentah berupa monomer. Selain itu juga mengandung bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat fisiko kimia plastik tersebut, dan disebut komponen non plastik.
Aspek negatif kemasan plastik adalah bila monomer plastik tersebut bermigrasi ke dalam bahan makanan. Ini merupakan bagian yang berbahaya bagi manusia karena bersifat karsinogenik atau pemicu kanker.
Jenis plastik tertentu seperti PE, PP dan PVC, tidak tahan panas, serta berpotensi melepaskan migran berbahaya yang berasal dari sisa monomer dari polimer.
Pada banyak kalangan penjual makanan, penggunaan plastik dan tas kresek seringkali dilakukan dengan tidak tepat. Penggunaan kantung plastik dan tas kresek untuk pembungkus makanan panas, mempermudah migrasi bahan kimia plastik ke dalam makanan.
Apalagi ketika memasak makanan atau memanaskan makanan menggunakan kantung plastik, ini tindakan yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Wadah plastik untuk memasak dan memanaskan makanan, menyebabkan monomer-monomer plastik akan bermigrasi dan ikut bercampur dengan makanan sehingga memberikan efek karsinogenik.
Migrasi merupakan perpindahan zat kimia yang terdapat dalam kemasan plastik ke dalam bahan makanan, dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu luas permukaan yang kontak dengan makanan; kecepatan migrasi; jenis bahan plastik dan suhu serta lamanya kontak.
Mc. Gueness melaporkan bahwa semakin panas bahan makanan yang dikemas, semakin tinggi peluang terjadinya migrasi zat-zat kimia plastik ke dalam makanan. Salah satu zat aditif adalah dioktil ptalat (DOP) yang menyimpan benzen, suatu larutan kimia yang sulit dicerna dalam saluran pencernaan manusia.
Benzen juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut oleh lemak tubuh, dan bisa memicu munculnya penyakit kanker.
Hasil penelitian aditif plastik dibutil ptalat (DBP) dan DOP pada PVC termigrasi cukup banyak ke dalam bahan makanan. Padahal DOP merupakan aditif yang populer digunakan dalam proses plastisasi.
Sayangi kesehatan anda! Jangan lagi menggunakan bahan plastik untuk mengemas makanan panas!
Bukan hanya bakso, hampir semua makanan yang anda beli dari warung makan untuk dibawa pulang, dibungkus dengan bahan plastik atau styrofoam. Misalnya mie ayam, bubur ayam, sop ayam, soto, gulai, atau makanan gorengan, biasanya akan dibungkus menggunakan kantung plastik atau styrofoam.
Kedua pengemas atau pembungkus makanan ini berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama ketika digunakan untuk membungkus makanan panas.
Styrofoam merupakan salah satu jenis plastik. Styrofoam terbuat dari polystyrene yang dicampur bahan khusus (blowing agent). Polystyrene sendiri merupakan jenis plastik yang dihasilkan dari proses polimerisasi styrene monomer.
Bahan kemasan plastik tersusun dari polimer, yang berasal dari bahan mentah berupa monomer. Selain itu juga mengandung bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat fisiko kimia plastik tersebut, dan disebut komponen non plastik.
Aspek negatif kemasan plastik adalah bila monomer plastik tersebut bermigrasi ke dalam bahan makanan. Ini merupakan bagian yang berbahaya bagi manusia karena bersifat karsinogenik atau pemicu kanker.
Jenis plastik tertentu seperti PE, PP dan PVC, tidak tahan panas, serta berpotensi melepaskan migran berbahaya yang berasal dari sisa monomer dari polimer.
Pada banyak kalangan penjual makanan, penggunaan plastik dan tas kresek seringkali dilakukan dengan tidak tepat. Penggunaan kantung plastik dan tas kresek untuk pembungkus makanan panas, mempermudah migrasi bahan kimia plastik ke dalam makanan.
Apalagi ketika memasak makanan atau memanaskan makanan menggunakan kantung plastik, ini tindakan yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Wadah plastik untuk memasak dan memanaskan makanan, menyebabkan monomer-monomer plastik akan bermigrasi dan ikut bercampur dengan makanan sehingga memberikan efek karsinogenik.
Migrasi merupakan perpindahan zat kimia yang terdapat dalam kemasan plastik ke dalam bahan makanan, dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu luas permukaan yang kontak dengan makanan; kecepatan migrasi; jenis bahan plastik dan suhu serta lamanya kontak.
Mc. Gueness melaporkan bahwa semakin panas bahan makanan yang dikemas, semakin tinggi peluang terjadinya migrasi zat-zat kimia plastik ke dalam makanan. Salah satu zat aditif adalah dioktil ptalat (DOP) yang menyimpan benzen, suatu larutan kimia yang sulit dicerna dalam saluran pencernaan manusia.
Benzen juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut oleh lemak tubuh, dan bisa memicu munculnya penyakit kanker.
Hasil penelitian aditif plastik dibutil ptalat (DBP) dan DOP pada PVC termigrasi cukup banyak ke dalam bahan makanan. Padahal DOP merupakan aditif yang populer digunakan dalam proses plastisasi.
Sayangi kesehatan anda! Jangan lagi menggunakan bahan plastik untuk mengemas makanan panas!
Sumber : facebook