178 - Ternyata, bukan hanya dokter Rica yang menghilang dari keluarganya. Jika dokter Rica telah ditemukan polisi dan kini kembali ke keluarganya, sejumlah orang bahkan hingga kini belum kembali.
Misalnya Faradina Ilma. Warga Surabaya yang hilang sejak 23 Nopember 2015 itu telah dilaporkan ke Polsek Jambangan. Sebelum menghilang, Faradina pernah memberitahukan bahwa tujuan Gafatar adalah untuk mengabdi untuk Tuhan semesta alam.
Erri Indra Kausar, mahasiswa D3 Jurusan Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) juga menghilang sejak Agustus 2015. Keluarga Erri pasrah setelah sekian bulan tidak ada tanda-tanda ia akan kembali.
Mantan Ketua Bidang Kesehatan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gafatar Jawa Timur, Budi Laksmono mengatakan bahwa Gafatar sebenarnya telah bubar. Organisasi yang didirikan pada tahun 2011 itu telah bubar pada bulan Agustus 2015.
Menurut Budi, organisasinya dibubarkan karena sekarang ini akan menyongsong kehidupan yang baru lagi untuk upaya pangan. Mereka meyakini akan terjadi paceklik di Indonesia sehingga mereka bergerak di bidang tani, perikanan, dan peternakan.
Budi tidak menampik bahwa Gafatar adalah kelanjutan dari Al Qiyadah Al Islamiyah yang didirikan Ahmad Musadeq.
“Ya, itu dulu sejarahnya yang dulu-dulu, akan tetapi Al Qiyadah pun juga sudah bubar. Kemudian berubah menjadi Komar (Komunitas Millah Abraham), kemudian berubah menjadi Gafatar,” kata Budi seperti dikutip Republika.
Menurut Budi, karena Gafatar sudah bubar, anggotanya pergi sendiri-sendiri sesuai keyakinan masing-masing. Namun untuk yang bertahan dengan pertanian dan perkebunan, mereka pergi ke Kalimantan.
Gafatar menurut penelitian Kemenag
Berbeda dengan keterangan Budi, Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Balitbang Kementerian Agama (Kemenag) Abdul Jamil Wahab menemukan bahwa dalam setiap pertemuan, Ahmad Musadeq mengatakan bahwa pada tahun 2015-2016 memasuki tahun hijrah.
“Dalam suatu dokumen, titik hijrah mereka ada di Kalimantan. Mereka membutuhkan dana sampai Rp 4 miliar lebih untuk menampung seluruh anggota di sana,” ungkap Jamil seperti dikutip Harian Jawa Pos, Rabu (13/1/2016).
Mengapa tujuannya adalah Kalimantan? Menurut temuan Jamil, Musadeq mengatakan ke depan Pulau Jawa akan tenggelam lebih dulu daripada Kalimantan.
Sedangkan mengenai sejarahnya, Jamil mengungkapkan bahwa Gafatar merupakan kelanjutan dari Al Aqidah Al Islamiyah dan Millata Ibrahim. Mereka mengklaim mengokohkan keimanan kepada Tuhan semesta alam, tetapi tidak mewajibkan shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Tidak berlebihan jika kemudian MUI NTB menilai Gafatar sesat.
Misalnya Faradina Ilma. Warga Surabaya yang hilang sejak 23 Nopember 2015 itu telah dilaporkan ke Polsek Jambangan. Sebelum menghilang, Faradina pernah memberitahukan bahwa tujuan Gafatar adalah untuk mengabdi untuk Tuhan semesta alam.
Erri Indra Kausar, mahasiswa D3 Jurusan Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) juga menghilang sejak Agustus 2015. Keluarga Erri pasrah setelah sekian bulan tidak ada tanda-tanda ia akan kembali.
Mantan Ketua Bidang Kesehatan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gafatar Jawa Timur, Budi Laksmono mengatakan bahwa Gafatar sebenarnya telah bubar. Organisasi yang didirikan pada tahun 2011 itu telah bubar pada bulan Agustus 2015.
Menurut Budi, organisasinya dibubarkan karena sekarang ini akan menyongsong kehidupan yang baru lagi untuk upaya pangan. Mereka meyakini akan terjadi paceklik di Indonesia sehingga mereka bergerak di bidang tani, perikanan, dan peternakan.
Budi tidak menampik bahwa Gafatar adalah kelanjutan dari Al Qiyadah Al Islamiyah yang didirikan Ahmad Musadeq.
“Ya, itu dulu sejarahnya yang dulu-dulu, akan tetapi Al Qiyadah pun juga sudah bubar. Kemudian berubah menjadi Komar (Komunitas Millah Abraham), kemudian berubah menjadi Gafatar,” kata Budi seperti dikutip Republika.
Menurut Budi, karena Gafatar sudah bubar, anggotanya pergi sendiri-sendiri sesuai keyakinan masing-masing. Namun untuk yang bertahan dengan pertanian dan perkebunan, mereka pergi ke Kalimantan.
Gafatar menurut penelitian Kemenag
Berbeda dengan keterangan Budi, Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Balitbang Kementerian Agama (Kemenag) Abdul Jamil Wahab menemukan bahwa dalam setiap pertemuan, Ahmad Musadeq mengatakan bahwa pada tahun 2015-2016 memasuki tahun hijrah.
“Dalam suatu dokumen, titik hijrah mereka ada di Kalimantan. Mereka membutuhkan dana sampai Rp 4 miliar lebih untuk menampung seluruh anggota di sana,” ungkap Jamil seperti dikutip Harian Jawa Pos, Rabu (13/1/2016).
Mengapa tujuannya adalah Kalimantan? Menurut temuan Jamil, Musadeq mengatakan ke depan Pulau Jawa akan tenggelam lebih dulu daripada Kalimantan.
Sedangkan mengenai sejarahnya, Jamil mengungkapkan bahwa Gafatar merupakan kelanjutan dari Al Aqidah Al Islamiyah dan Millata Ibrahim. Mereka mengklaim mengokohkan keimanan kepada Tuhan semesta alam, tetapi tidak mewajibkan shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Tidak berlebihan jika kemudian MUI NTB menilai Gafatar sesat.
Sumber : bersamadakwah.net