178 - Alkisah suatu ketika ada seseorang yang bertanya tentang Allah, Kenapa sih Dia "Iseng" Bikin Alam Semesta dan Skenario Kehidupan ini, Apa gak ada kerjaan lain??
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Pak Ustadz, saya mau tanya? Pertanyaan ini muncul sejak dari saya SMP tapi hingga saya berkeluarga dan kerja tidak satupun jawaban yang saya temui menghentikan pertanyaan saya. Namun walaupun begitu saya sudah merasakan jawaban walaupun saya tidak perlu menilai puas atau tidak puas.
Dulu saya sering dengar kalau ada orang meninggal bunuh diri selalu dibilang rohnya gentayangan, dan tidak diterima oleh Allah. Yang menjadi pemikiran saya, Allah itu maha mengetahui akan segala hal yang bakal terjadi dan yang udah terjadi maupun yang sedang terjadi tentu tak terbatas. Kalau ada orang meninggal bunuh diri kenapa musti tidak di terima padahal Allah juga udah tahu bahwa si A, si B akan meninggal dengan cara bunuh diri.
Adam dan Hawa terusir dari Surga karena makan buah khuldi. padahal Allah juga udah tahu bahwa Adam dan hawa nanti bakal makan buah kuldi Untuk apa disiapkan juga neraka dan surga padahal Allah hari ini juga sudah tahu siapa-siapa aja yang bakal masuk neraka dan surga bahkan sejak sebelum manusia itu terlahir di bumi, andai aja itu benar dan boleh memilih tentu enak menjadi roh yang terlahir besoknya meninggal, karena pasti masuk surga dan belum punya dosa.
Apakah semua ini skenario Tuhan? Kalau ya jangan-jangan semua manusia juga akan masuk surga siapapun dia.
Maaf pak Ustadz, bukan saya mempertanyakan eksistensi Tuhan tetapi saya merasakan bahwa inilah peng-kajian saya kepada agama saya. Jangan sampai saya hanya menerima doktrin-doktrin tanpa bisa mengkaji. Insya Allah ini akan menambah keimanan saya karena proses dari keimanan itu. Saya juga tidak suka segala hal dibilang syirik, musyrik, bidah tanpa melihat dan mengkaji.
Dengan bertambahnya usia dan waktu saya mencoba mempelajari agama dari segala yang tersurat maupun tersirat, baik dari media maupun pengalaman akan hal yang berkaitan dengan kehidupan.
Contoh:
Orang-orang yang merasa beriman akan bilang musyrik atau sirik ketika melihat orang di kampung melihat burung gagak bernyanyi di kuburan dan kemudian terbang mengitari rumah orang yang sedang sekarat menjelang kematiannya. Orang-orang kampung itu bilang "wah burung gagak udah datang, burung ini utusan malaikat untuk memberi tahu akan kematiannya" (sering hal ini terjadi di kampung). Maka serta merta orang-orang yang merasa beriman itu bilang syirik dan lain-lain.
Padahal setelah saya pelajari, ternyata burung gagak itu adalah burung bangkai, maka menjelang kematian seseorang bau penciuman dia sudah merasakan akan adanya kematian dan bangkai. Maka burung gagak itu suka datang mendekati calon jenazah. Itulah sebabnya mungkin proses dan belum tahunya informasi tentang teknologi, orang-orang kampung itu bilang kalau burung gagak adalah pembawa kematian. Sementara orang-orang yang merasa beriman buta dengan doktrin-doktrin tanpa mencoba mempelajari yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
Semoga pertanyaan ini tidak merasa menggurui, jawablah pak ustadz agar saya tidak ragu mengenal agamaku.
Wassalam, _________________
Jawaban Ustadz
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bapak Eko Santoso,
Perbedaan tuhan dengan makhluk ciptaan-Nya itu sangat besar. Salah satu yang paling esensial adalah bahwa tuhan itu punya kehendak yang tidak akan pernah terjawab oleh otak manusia yang tidak sampai satu liter volumenya.
Maka apapun skenario dan kehendak tuhan, makhlukmakhluk itu tidak punya urusan. Kalau tuhan harus menjelaskan semua maunya kepada makhluk yang tidak ada harganya itu, maka dia sudah bukan tuhan lagi. Sebab mau begitu saja tunduk pada tuntutan ciptaanNya.
Cobalah anda sesekali naik pesawat terbang, kalau pas lagi mujur cuaca bersih, anda akan melihat manusia, jalan raya, rumah, dan orang-orang yang begitu kecil di lihat dari ketinggian. Bahkan nyaris tidak ada artinya dibandingkan dengan alam semesta dilihat dari ketinggian 27.000 kaki. Kalau kita naik lagi lebih tinggi, maka kota tempat kita tinggal itu hanya sebuah titik kecil tidak ada artinya. Lebih tinggi lagi, kita akan melihat pulau yang kita huni ini begitu mungilnya.
Dan bila kita naik pesawat luar angkasa yang mengorbit bumi, kita akan menyaksikan bumi yang dihuni 6 milyar manusia ini ternyata hanya sebuah molekul kecil tanpa arti di jagad raya.
Apalah artinya seorang anak manusia, dibandingkan kebesaran alam semesta ini. Seorang anak manusia di alam ini hanyalah sebuah faktor yang tidak ada artinya. Keberadaannya sama sekali tidak artinya, mau ada atau tidak ada, sama sekali tidak artinya dibandingkan alam semesta yang luas ini.
Padahal, di luar sistem tata surya yang kita kenal, ada galaksi dan cluster yang jauh lebih luas lagi. Bahkan mungkin saja ada alam-alam lain di luar sana, yang entah berapa jaraknya dari kita.
Nah, tuhan yang sedang kita 'interogasi' kenapa 'iseng' bikin skenario surga neraka, ternyata adalah Pencipta alam-alam lainnya itu juga. Sebagaimana kita dikenalkan oleh diri-Nya dalam surat Al-Fatihah: Alhamdullahi rabbil 'alamin (segala puji bagi Allah, tuhan berbagai alam semesta).
Maka apalah arti dari semua interogasi yang kita lakukan? Kita ini manusia, setitik debu di padang pasir luas, setetes air di tujuh samudera, tidak ada artinya, maka bukan levelnya untuk melakukan hal seperti itu kepada tuhan.
Bagi tuhan, kehendak-Nya dan motif yang dituju sangat tidak ada kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaan dari makhluk ciptaan-Nya. Buat kita, cukup kenal siapa tuhan dan kenal betapa besar kuasa-Nya. Lalu kita cari selamat dengan mengikuti rule oh the game dari tuhan.
Tapi tidak perlu tanya-tanya, mengapa tuhan bikin game ini. Bukan pada tempatnya. Tapi tuhan itu jelas punya sifat yang luar biasa, Dia itu Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pengampun, Maha Kasih Sayang, Maha Penerima taubat, Maha Kuasa dan juga Berkehendak. Dari mana tahunya tuhan punya sifat-sifat itu?
Ya, dari pengakuan tuhan sendiri. Kan Dia sudah menjelaskan sifat diri-Nya, lewat 124.000 nabi yang pernah diutus dan lewat ribuan kitab suci yang pernah turun.
Maka tidak ada tempat lain untuk berlari dari tuhan. Sebab kita ini ciptaan-Nya. Sang Maha Pencipta itu telah memprogram kita untuk ikut aturan main, yaitu dalam sebuah pentas kehidupan. Untuk itu manusia diberi 'setetes' kesempatan untuk berimporvisasi. Dia boleh 'melawan' tuhan, tapi semua itu tidak ada artinya bagi tuhan.
Ketika tuhan telah berketetapan bahwa 'yang tukang melawan' dimasukan ke dalam neraka, maka juga hanya masalah kecil bagi tuhan. Tapi itu adalah ketetapan dan kemauannya, Dia tidak perlu dipertanyakan ketika berkehendak demikian. Toh semua ini adalah ciptaanNya. Mengapa demikian? Soalnya dia memang tuhan. Dan itulah beda tuhan dengan bukan tuhan.
Kalau Hitler, Musholini, Bush atau Ehud Olmert membantai suatu bangsa dengan segala kekuasaan sesaat yang dimilikinya, pastilah suatu hari kekuasaannya itu hilang dari tangannya. Dan pastilah dia akan diadili dan ditanyai tentang latar belakang dan motif tindakan brutalnya itu setelahnya. Kalau tidak di dunia ini tentu di akhirat. Dan pastilah dia akan 'digebukin' malaikat sepanjang masa selamanya.
Mengapa? karena mereka bukan tuhan, mereka pun tidak berkuasa selamanya, cuma sesaat saja. Tapi ketika tuhan membuat aturan main buat sebuah panggung kehidupan, manusia untuk sesaat diberi kebebasan, lalu setelah itu dihukum, semua itu hak preogratifnya tuhan.
Tapi kalau anda masih belum puas dengan hal ini, lalu bertanya kenapa tuhan menetapkan si Fir'aun jahat dan masuk neraka, tapi Musa baik lalu masuk surga, maka jawabannya begini: Ketika Fir'aun jadi jahat, bukan semata-mata maunya tuhan. Tuhan telah memberinya 'kebebasan memilih'. Kebebasan ini tidak pernah diberikan kepada satu pun makhluknya, kecuali jin dan manusia. Jadi masuk nerakanya Fir'aun itu bukan semata-mata kehendak tuhan pribadi, tetapi ada unsur kehendak si Fir'aun. Bahkan Fir'aun kan sudah diingatkan oleh Musa, utusan resmi tuhan untuk memberi warning. Jadi jangan lagi salahkan tuhan mengapa memasukkan Fir'aun ke neraka.
Dan demikianlah aturan mainnya, silahkan kalau mau melawan tuhan, khusus buat manusia memang diberikan kebebasan. Tapi tuhan tetap akan mengirim orang yang mengingatkan. Silahkan pikirkan sendiri untuk memilih, antara berhenti melawan tuhan atau tunduk.
Kalau masih mau melawan juga, amat wajar kalau tuhan memberinya siksa di neraka. Bahkan seharusnya, tanpa harus ada kebebasan memilih dan pembangkangan manusia, adalah hak tuhan 100% untuk memasukkannya makhluk ciptaanNya itu semuanya ke surga atau ke neraka. Tapi tuhan adil 'banget', semua telah diberikan alur dan rule-nya.
Maka buat apa lagi kita pertanyakan semua ini, kalau memang sudah adil dan jelas?
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Pak Ustadz, saya mau tanya? Pertanyaan ini muncul sejak dari saya SMP tapi hingga saya berkeluarga dan kerja tidak satupun jawaban yang saya temui menghentikan pertanyaan saya. Namun walaupun begitu saya sudah merasakan jawaban walaupun saya tidak perlu menilai puas atau tidak puas.
Dulu saya sering dengar kalau ada orang meninggal bunuh diri selalu dibilang rohnya gentayangan, dan tidak diterima oleh Allah. Yang menjadi pemikiran saya, Allah itu maha mengetahui akan segala hal yang bakal terjadi dan yang udah terjadi maupun yang sedang terjadi tentu tak terbatas. Kalau ada orang meninggal bunuh diri kenapa musti tidak di terima padahal Allah juga udah tahu bahwa si A, si B akan meninggal dengan cara bunuh diri.
Adam dan Hawa terusir dari Surga karena makan buah khuldi. padahal Allah juga udah tahu bahwa Adam dan hawa nanti bakal makan buah kuldi Untuk apa disiapkan juga neraka dan surga padahal Allah hari ini juga sudah tahu siapa-siapa aja yang bakal masuk neraka dan surga bahkan sejak sebelum manusia itu terlahir di bumi, andai aja itu benar dan boleh memilih tentu enak menjadi roh yang terlahir besoknya meninggal, karena pasti masuk surga dan belum punya dosa.
Apakah semua ini skenario Tuhan? Kalau ya jangan-jangan semua manusia juga akan masuk surga siapapun dia.
Maaf pak Ustadz, bukan saya mempertanyakan eksistensi Tuhan tetapi saya merasakan bahwa inilah peng-kajian saya kepada agama saya. Jangan sampai saya hanya menerima doktrin-doktrin tanpa bisa mengkaji. Insya Allah ini akan menambah keimanan saya karena proses dari keimanan itu. Saya juga tidak suka segala hal dibilang syirik, musyrik, bidah tanpa melihat dan mengkaji.
Dengan bertambahnya usia dan waktu saya mencoba mempelajari agama dari segala yang tersurat maupun tersirat, baik dari media maupun pengalaman akan hal yang berkaitan dengan kehidupan.
Contoh:
Orang-orang yang merasa beriman akan bilang musyrik atau sirik ketika melihat orang di kampung melihat burung gagak bernyanyi di kuburan dan kemudian terbang mengitari rumah orang yang sedang sekarat menjelang kematiannya. Orang-orang kampung itu bilang "wah burung gagak udah datang, burung ini utusan malaikat untuk memberi tahu akan kematiannya" (sering hal ini terjadi di kampung). Maka serta merta orang-orang yang merasa beriman itu bilang syirik dan lain-lain.
Padahal setelah saya pelajari, ternyata burung gagak itu adalah burung bangkai, maka menjelang kematian seseorang bau penciuman dia sudah merasakan akan adanya kematian dan bangkai. Maka burung gagak itu suka datang mendekati calon jenazah. Itulah sebabnya mungkin proses dan belum tahunya informasi tentang teknologi, orang-orang kampung itu bilang kalau burung gagak adalah pembawa kematian. Sementara orang-orang yang merasa beriman buta dengan doktrin-doktrin tanpa mencoba mempelajari yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
Semoga pertanyaan ini tidak merasa menggurui, jawablah pak ustadz agar saya tidak ragu mengenal agamaku.
Wassalam, _________________
Jawaban Ustadz
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bapak Eko Santoso,
Perbedaan tuhan dengan makhluk ciptaan-Nya itu sangat besar. Salah satu yang paling esensial adalah bahwa tuhan itu punya kehendak yang tidak akan pernah terjawab oleh otak manusia yang tidak sampai satu liter volumenya.
Maka apapun skenario dan kehendak tuhan, makhlukmakhluk itu tidak punya urusan. Kalau tuhan harus menjelaskan semua maunya kepada makhluk yang tidak ada harganya itu, maka dia sudah bukan tuhan lagi. Sebab mau begitu saja tunduk pada tuntutan ciptaanNya.
Cobalah anda sesekali naik pesawat terbang, kalau pas lagi mujur cuaca bersih, anda akan melihat manusia, jalan raya, rumah, dan orang-orang yang begitu kecil di lihat dari ketinggian. Bahkan nyaris tidak ada artinya dibandingkan dengan alam semesta dilihat dari ketinggian 27.000 kaki. Kalau kita naik lagi lebih tinggi, maka kota tempat kita tinggal itu hanya sebuah titik kecil tidak ada artinya. Lebih tinggi lagi, kita akan melihat pulau yang kita huni ini begitu mungilnya.
Dan bila kita naik pesawat luar angkasa yang mengorbit bumi, kita akan menyaksikan bumi yang dihuni 6 milyar manusia ini ternyata hanya sebuah molekul kecil tanpa arti di jagad raya.
Apalah artinya seorang anak manusia, dibandingkan kebesaran alam semesta ini. Seorang anak manusia di alam ini hanyalah sebuah faktor yang tidak ada artinya. Keberadaannya sama sekali tidak artinya, mau ada atau tidak ada, sama sekali tidak artinya dibandingkan alam semesta yang luas ini.
Padahal, di luar sistem tata surya yang kita kenal, ada galaksi dan cluster yang jauh lebih luas lagi. Bahkan mungkin saja ada alam-alam lain di luar sana, yang entah berapa jaraknya dari kita.
Nah, tuhan yang sedang kita 'interogasi' kenapa 'iseng' bikin skenario surga neraka, ternyata adalah Pencipta alam-alam lainnya itu juga. Sebagaimana kita dikenalkan oleh diri-Nya dalam surat Al-Fatihah: Alhamdullahi rabbil 'alamin (segala puji bagi Allah, tuhan berbagai alam semesta).
Maka apalah arti dari semua interogasi yang kita lakukan? Kita ini manusia, setitik debu di padang pasir luas, setetes air di tujuh samudera, tidak ada artinya, maka bukan levelnya untuk melakukan hal seperti itu kepada tuhan.
Bagi tuhan, kehendak-Nya dan motif yang dituju sangat tidak ada kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaan dari makhluk ciptaan-Nya. Buat kita, cukup kenal siapa tuhan dan kenal betapa besar kuasa-Nya. Lalu kita cari selamat dengan mengikuti rule oh the game dari tuhan.
Tapi tidak perlu tanya-tanya, mengapa tuhan bikin game ini. Bukan pada tempatnya. Tapi tuhan itu jelas punya sifat yang luar biasa, Dia itu Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pengampun, Maha Kasih Sayang, Maha Penerima taubat, Maha Kuasa dan juga Berkehendak. Dari mana tahunya tuhan punya sifat-sifat itu?
Ya, dari pengakuan tuhan sendiri. Kan Dia sudah menjelaskan sifat diri-Nya, lewat 124.000 nabi yang pernah diutus dan lewat ribuan kitab suci yang pernah turun.
Maka tidak ada tempat lain untuk berlari dari tuhan. Sebab kita ini ciptaan-Nya. Sang Maha Pencipta itu telah memprogram kita untuk ikut aturan main, yaitu dalam sebuah pentas kehidupan. Untuk itu manusia diberi 'setetes' kesempatan untuk berimporvisasi. Dia boleh 'melawan' tuhan, tapi semua itu tidak ada artinya bagi tuhan.
Ketika tuhan telah berketetapan bahwa 'yang tukang melawan' dimasukan ke dalam neraka, maka juga hanya masalah kecil bagi tuhan. Tapi itu adalah ketetapan dan kemauannya, Dia tidak perlu dipertanyakan ketika berkehendak demikian. Toh semua ini adalah ciptaanNya. Mengapa demikian? Soalnya dia memang tuhan. Dan itulah beda tuhan dengan bukan tuhan.
Kalau Hitler, Musholini, Bush atau Ehud Olmert membantai suatu bangsa dengan segala kekuasaan sesaat yang dimilikinya, pastilah suatu hari kekuasaannya itu hilang dari tangannya. Dan pastilah dia akan diadili dan ditanyai tentang latar belakang dan motif tindakan brutalnya itu setelahnya. Kalau tidak di dunia ini tentu di akhirat. Dan pastilah dia akan 'digebukin' malaikat sepanjang masa selamanya.
Mengapa? karena mereka bukan tuhan, mereka pun tidak berkuasa selamanya, cuma sesaat saja. Tapi ketika tuhan membuat aturan main buat sebuah panggung kehidupan, manusia untuk sesaat diberi kebebasan, lalu setelah itu dihukum, semua itu hak preogratifnya tuhan.
Tapi kalau anda masih belum puas dengan hal ini, lalu bertanya kenapa tuhan menetapkan si Fir'aun jahat dan masuk neraka, tapi Musa baik lalu masuk surga, maka jawabannya begini: Ketika Fir'aun jadi jahat, bukan semata-mata maunya tuhan. Tuhan telah memberinya 'kebebasan memilih'. Kebebasan ini tidak pernah diberikan kepada satu pun makhluknya, kecuali jin dan manusia. Jadi masuk nerakanya Fir'aun itu bukan semata-mata kehendak tuhan pribadi, tetapi ada unsur kehendak si Fir'aun. Bahkan Fir'aun kan sudah diingatkan oleh Musa, utusan resmi tuhan untuk memberi warning. Jadi jangan lagi salahkan tuhan mengapa memasukkan Fir'aun ke neraka.
Dan demikianlah aturan mainnya, silahkan kalau mau melawan tuhan, khusus buat manusia memang diberikan kebebasan. Tapi tuhan tetap akan mengirim orang yang mengingatkan. Silahkan pikirkan sendiri untuk memilih, antara berhenti melawan tuhan atau tunduk.
Kalau masih mau melawan juga, amat wajar kalau tuhan memberinya siksa di neraka. Bahkan seharusnya, tanpa harus ada kebebasan memilih dan pembangkangan manusia, adalah hak tuhan 100% untuk memasukkannya makhluk ciptaanNya itu semuanya ke surga atau ke neraka. Tapi tuhan adil 'banget', semua telah diberikan alur dan rule-nya.
Maka buat apa lagi kita pertanyakan semua ini, kalau memang sudah adil dan jelas?
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Sumber : Ahmad Sarwat, Lc. (Rumahfiqih/EraMuslim)